Total Tayangan Halaman

Rabu, 18 Juli 2012

KEGEMILANGAN DUNIA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEKHALIFAHAN



Oleh :   Nita Apriyani, S.Kom  
           Guru SMPN 2 Sumberjaya

 Pendidikan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Dengan pendidikan manusia akan memperoleh ilmu atau pengetahuan. Ilmu sendiri adalah unsur utama penunjang kehidupan. Seseorang yang memiliki ilmu akan senantiasa kreatif menatap realitas kehidupan yang dihadapinya. Ia akan senantiasa memiliki pemikiran yang bisa digunakan untuk mengarungi kehidupan. Maka kekayaan apapun yang bersifat materi akan bisa diraih selama seseorang masih memiliki kekayaan pemikiran, dan tidak berlaku sebaliknya.


Oki Setiana Dewi (2012) menyatakan bahwa:
"Dengan ilmu manusia mempunyai pengetahuan dan dengan pengetahuan, manusia dapat membangun peradaban. Ilmu adalah cahaya yang menyinari jalan keidupan. Sedangkan kebodohan adalah kegelapan yang menutup sarana kebaikan".
Maka dari itu, selain mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, Islam juga memberikan hak kepada mereka untuk mendapatkan ilmu (pendidikan) dengan mudah. Karena ilmu adalah kebutuhan pokok manusia, maka Negara wajib memenuhi. Negara memberikan pelayanan pendidikan secara cuma-cuma dan memberikan kesempatan bagi warga negara untuk mendapatkan pendidikan secara optimal dengan sarana dan prasarana sebaik mungkin. Demikian juga negara sangat memperhatikan kesejahteraan dan gaji para pendidik. Dana pendidikan ditanggung negara yang diambil dari Baitul Maal (kas negara)
Rasulullah SAW telah mencontohkan, dengan menetapkan agar para tawanan perang Badar mengajarkan baca tulis kepada 10 orang Madinah sebagai tebusan. Tebusan perang dalam Islam adalah milik Baitul Maal. Rasulullah sebagai kepala negara telah menggunakan kas negara untuk memenuhi salah satu kebutuhan pokok rakyatnya, yaitu pendidikan. Demikian juga yang dilakukan oleh para khalifah (kepala negara) sesudah beliau. Sejarah mencatat bahwa Umar bin Khatab telah memberikan gaji guru yang mengajar anak-anak dengan 15 Dinar (1 dinar = 4,25gr emas) setiap bulannya.
Abdurahman Ad Dakhili telah membangun gedung-gedung perguruan tinggi dan lembaga-lembaga ilmiah di Andalusia (Spanyol), disamping membangun masjid agung Al Hambra yang sangat monumental di Cordova.
Pada zaman kekhilafahan dipegang oleh Bani Abasiyah yang berpusat di Baghdad, telah digalakkan pengkajian ilmu dirumah-rumah, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid. Para ulama senantiasa didatangkan untuk mendiskusikan berbagai ilmu pengetahuan. Para pejabat tinggi negara, bahkan khalifah pun senantiasa memberikan fasilitas dan hadir dalam kegiatan-kegiatan itu. Khalifah juga menyediakan hadiah kepada siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Maka sangatlah wajar kalau saat itu ilmu pengetahuan mengalami zaman keemasan.
Khalifah Harun Al Rasyid pernah memerintahkan kepada para wali (gubernur) agar para pejabat Negara memberikan hadiah masing-masing 1000 dinar kepada siapa saja yang rajin mengumandangkan adzan, yang menghafal al Qur'an, yang menuntut ilmu, yang meramaikan tempat-tempat pendidikan juga yang mendalami syariat islam. Maka sejarah mencatat, pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid, kemakmuran, keamanan dan kebudayaan mengalami puncak kejayaan. Baghdad sebagai ibu kota menjadi kota metropolitan dunia sekaligus sebagai pusat pengkajian ilmu pengetahuan tertinggi. Studi ilmiah dan penterjemahan mengalami kemajuan pesat. Pada masa itu hidup 2 imam besar yaitu Imam Malik, Imam Syafi'I dan Imam Hambali.
Harun Al Rasyid sangat menghormati dan menghargai ilmu mereka, bahkan sangat mendorong putra-putranya untuk berguru kepada mereka. Suatu ketika sang khalifah dengan ikhlas dan semangat membawa kedua putranya Al Ma'mun dan Al Amin untuk berguru kepada Imam Malik di Madinah. Dalam waktu singkat Al Ma'mun telah menguasai ilmu kasusasteraan, tata negara, hukum, hadist, astronomi dan berbagai ilmu pengetahuan yang lain. Ia juga hafal Al Qur'an dan menafsirkannya. Pada masa pemerintahan Al Ma'mun ilmu pengetahuan juga mendapat prioritas. Dua buah observatorium dibangun di dekat Damaskus dan Baghdad. Baitul Hikmah (gedung ilmu) berisi perpustakaan yang menyimpan banyak buku juga dibangun di dekat gedung observatorium di Baghdad.
Pada masa kejayaan Islam, para khalifah dan kaum muslim saling berlomba mendirikan sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas. Semua itu diperuntukkan bagi siapa saja yang mau belajar secara cuma-cuma. Khalifah Al Muntasir mendirikan madrasah Al Mustansiriah, sekolah terbesar dikota Baghdad pada masa itu. Setiap siswa diberikan beasiswa 1 dinar dan kehidupan mereka dijamin sepenuhnya. Perpustakaan, pemandian, rumah sakit dengan dokter-dokter yang selalu siaga adalah fasilitas yang juga diberikan kepada mereka. Sultan Nuruddin Muhammad Zanky juga pernah mendirikan sekolah An-Nuriah di Damaskus. Fasilitas yang disediakan antara lain berupa perumahan untuk staf pengajar, ruang-ruang besar untuk ceramah, asrama siswa dan tempat peristirahatan untuk siswa, staf pengajar juga para pelayan.
Pada masa pemerintahan Islam, banyak perpustakaan besar telah didirikan oleh pemerintah, di masjid-masjid, perguruan tinggi, sekolah-sekolah dan istana negara untuk membantu para ulama dan rakyat mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan. Perpustakaan-perpustakaan itu dilengkapi dengan ruang diskusi dan ceramah, ruang pengkajian dan penelitian, ruang menyalin, ruang membaca bahkan kadang tersedia ruangan latihan musik. Disetiap perpustakaan terdapat penerjemah, penjilid, pengawas dan petugas khusus untuk melayani para pengunjung. Para pimpinan perpustakaan berasal dari kalangan ilmuwan, guru besar, sastrawan atau pengarang yang mampu memberikan apresiasi atau penialaian terhadap buku-buku yang terdapat di dalam perpustakaan.
Untuk memudahkan mencari buku, maka setiap perpustakaan dilengkapi dengan katalog yang rapi. Tidak kurang 100.000 buku terdapat di perpustakaan sekolah Al Fadliliyah. Padahal pada masa itu mesin cetak belum diciptakan. Di perpustakaan itu terdapat 6.500 kitab mengenai ilmu teknik dan astronomi, dilengkapi juga 2 buah globe (bola dunia), sementara orang Eropa masih menganggap bumi itu datar. Perpustakaan Fathimiyyin memiliki koleksi 1.600.000 buku, bahkan ada yang mengatakan 2 juta buku. Di Kairo terdapat perpustakaan Darul Hikmah dengan sarana lengkap. Berkumpul dalam perpustakaan itu, para ulama, dokter, astronom, sehingga merupakan lembaga yang baik untuk mempelajari berbagai hal tentang ilmu pengetahuan.
Banyak juga perpustakaan yang didirikan oleh pribadi. Abu Naser Sabur telah mendirikan perpustakaan Darul Ilmi di Nasibur yang memuat 10.400  kitab. Di Karhar (dekat Baghdad) terdapat perpustakaan Khizanatul Hikmah milik Ali bin Yahya. Banyak orang di berbagai negeri datang ke perpustakaan ini. Ali memberikan buku serta fasilitas tempat tinggal dan kebutuhan harian untuk mereka. Di salah satu pojok Khurasan terdapat 10 perpustakaan yang rata-rata memiliki 12.000 buku. Diantaranya ada yang paling terkenal yaitu Khizanatul Hakam Ats Tsam yang memiliki 400.000 buku.
Dengan berbagai fasilitas keilmuan yang diberikan negara di masa Islam, telah menutup peluang terjadinya kebodohan dikalangan warga Negara. Kebanyakan para khalifah dari kalangan Bani Abasiyah menjabat sebagai kepala Negara dalam usia dibawah 30 tahun, tetapi mereka ternyata mampu memimpin Negara dengan gemilang dan sukses, seperti Harun Al Rasyid (25 tahun), Al Amin (24 tahun), Al Makmun (28 tahun), Al Mu'tashim (29 tahun). Berkat ilmu dan keandaian yang mereka miliki, sehingga mereka mampu dan pantas menjadi kepala Negara.
Pada masa  itu juga terdapat individu-individu yang melegenda karena kepandaiannya, antara lain Imam Bukhari, adalah ahli hadist terbesar yang hafal 1 juta hadist lengkap dengan rincian sumber dan 80.000 orang perawinya. Lalu beliau memilih 9.082 hadist yang shahih dan menuliskannya dalam kitabnya yang terkenal dengan Shahih Bukhari. Al Khawarizmi adalah orang yang pertama memperkenalkan angka nol dan sebagai penemu Al Jabar. Teorinya tentang persamaan linier, kuadrat, kalkulasi integral dan fungsi sinus masih dipakai sampai sekarang. Al Khawarizmi juga mahir dalam geografi, astronomi, musik dan sejarah.
Jabir Ibnu Hayyan, telah tercatat sebagai ahli kimia termasyhur sampai akhir abad ke 17. seoarang ilmuwan ensiklopedis bernama Al Kindi telah memberikan sumbangan yang tidak ternilai di bidang matematika, astronomi, astrologi, fisika, optik, musik, pengobatan dan farmasi. Tidak kurang dari 265 buku telah ia tulis. Ar Rozi termasuk dokter terbesar Islam. Karya yang dihasilkan sebanyak 200 buku yang setengahnya di bidang kedokteran. Bukunya ensiklopedia pengobatan yang mencapai 20 jilid disebut sebagai ensiklopedia yang paling lengkap yang pernah ditulis seorang dokter. Ar Rozi juga berkarya di bidang matematika, fisika, astronomi, geologi, musik dan sebagainya. Serta ilmuwan-ilmuwan yang lain, semisal Al Biruni, Ibnu Haitham seorang ahli optik; Al Baitar; yang ahli dibidang botani dan farmasi, Al Mawardi; ahli hadist sekaligus politikus ulung dan sebagainya.
Itulah tapak-tapak yang telah dibuat kaum muslimin terdahulu. Tapak-tapak itu bisa dibuat kembali oleh kaum muslimin sekarang dengan syarat; Islam tak hanya diamalkan dalam tataran individu atau kelompok, tapi diamalkan dalam tataran sistem bernegara.

REFERENSI
  1. Al Kutb. Shahib. (2004). Warisan Peradaban Islam di Bidang Sains dan Teknologi. Pustaka Thariqul izzah.
  2. Setiana Dewi.Oki. (2012). Pernik Cinta Oki Setiana Dewi. Mizania.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar